Jumat, 19 Februari 2016

Time Journey



Aku membuka perlahan kedua kelopak mataku. Dimana ini? Hanya ada cahaya dari sebuah benda diatasku yang berpijar terang dan sosok diriku yang lain mengelilingiku. Oh, bukan. Itu bayanganku, benda di depan-belakang dan samping kanan-kiri ku lah yang memantulkan sosok diriku. Terjebak. Ya, sekarang ini aku terjebak. Tak ada celah ataupun pintu disini. Hanya ada cermin dan lampu.
Akankah aku dapat keluar dari sini? Pikirku. Ku ulurkan tanganku ke arah cermin di hadapanku. Ajaib. Tanganku dapat menembus ke dinding berkaca tadi. Ku teruskan memasukkan tanganku hingga seluruh tubuhku berhasil masuk ke sana. Saat kepalaku sudah menembus cermin, aku melihat pemandangan yang luar biasa. Benda berbentuk seperti bola berwarna-warni serta bercahaya, bebatuan yang mengambang, berjumlah banyak dan tak terhitung.. Semuanya terlihat jelas di depan mataku.
Tubuhku sepenuhnya berhasil keluar dari kotakan cermin tadi dan beralih ke angkasa luar ini. Aku merasa tubuhku terjatuh, tapi tidak dengan tempo yang ku bayangkan, ini seperti slow motion.Melayang-layang di ruang hampa, ya seperti itulah. Tapi, tunggu. Aku masih bisa bernafas disini. Apakah aku hanya di dunia fantasi-ku saja? Atau sungguh di luar angkasa? Aku tak tahu pasti.
Aku melihat sebuah piringan besar yang terbang ke arahku, tak hanya piringan, disana juga aku melihat ada sesosok makhluk. Ia berkepala lonjong dengan dua buah mata besar dan leher panjang, ia melambaikan tangannya ke arahku. Kubalas lambaian tangannya dengan lambaian tanganku dan senyuman kecil. Piringan itu pergi begitu saja. Tubuhku masih terus terjatuh hingga aku melihat pemandangan yang membuatku menganga takjub.
Sebuah ikan besar yang terbentuk dari kumpulan bintang-bintang membuat perhatianku teralih pada pemandangan yang menakjubkan itu. Ku akui tak ada yang bisa membuat peristiwa menakjubkan seperti ini kecuali Sang Penciptanya. Ikan raksasa tersebut semakin lama semakin menjauh. Bukan dia yang menjauh, tapi tubuhku. Tubuhku terus terjatuh sampai aku melihat segerombol ikan dan ubur-ubur yang berenang melewatiku. Ruang angkasa itu sekarang berganti dengan kehidupan bawah laut yang menawan.
Terumbu karang yang elok nan warna-warni menambah cantik pemandangan di depan mataku. Sepertisurga, kataku. Terdengar merdu alunan lagu dengan irama yang harmonis dari sebuah pita suara seseorang. Kulihat sebuah tangan menjulur dari atasku. Aku mendongakkan kepalaku. Seekor putri duyung berparas cantik dengan ekor yang menawan mengajakku berenang bersamanya. Ia meraih tanganku dan seperti mengajakku berdansa. Setelah itu ia membelai lembut pipi tirus-ku dan pergi.
Aku tetap terjatuh. Terjatuh dan terjatuh. Entah sampai kapan aku sampai di dasarnya. Semua keindahan bawah laut tadi berganti lagi dengan sebuah kegelapan. Tak lama aku melihat secercah cahaya dan banyaknya awan-awan putih, aku merasakan hembusan angin yang menerpa surai biru milikku.
Awan putih, dasar yang putih, pohon-pohon yang berwarna pink muda, ungu muda dan warna-warna lembut lainnya. Mataku menangkap semuanya. Tubuhku terjatuh dengan halus di dasar putih yang empuk bak kasur itu.
Ku tompang tubuhku dengan kedua tangan dan lututku. Aneh, jari-jemari ku terlihat lebih kecil. Bajuku juga terlihat kedodoran. Apa aku kembali muda? Menjadi seorang anak kecil? Entahlah. Aku merasakan sesuatu yang melekat dan menyelimuti tubuhku hilang, pakaianku terbang terbawa hembusan angin. Tubuhku sekarang polos, tanpa sehelai benang. Tak masalah, tak ada seorangpun disini.
Tepat di depanku, kokoh berdiri sebuah pohon. Pohon dengan kulit kayu berwarna magenta dengan garis corak ke-merah-mudaan. Pohon itu menjulang tinggi, dengan dahan yang setengah tertutup salju. Terdapat lubang besar di pohon itu. Rasa penasaranku menuntunku untuk menuju ke arah lubang yang menganga apik di pohon besar itu.
Mataku melihat-lihat ke dalamnya. Mulai berjalan masuk ke dalam sana. Entah sihir apa yang ada di lubang ini, Oh, mataku tiba-tiba terasa berat. Rasa kantuk yang sangat berbeda. Aku merasa tak kuat menompang tubuh mungilku ini. Tubuhku akhirnya terjatuh. Aku tertidur dengan posisi seperti bayi dalam kandungan. Semakin lama tubuhku menjadi semakin muda. Menjadi seorang bayi. Seiring berjalannya waktu, tubuhku mulai berubah menjadi lebih kecil. Seperti janin. Hingga akhirnya semuanya menghilang. Lenyap.



©Luthfiyah Nurun Ni’mah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar